Rabu, 27 Februari 2013

DESAIN PERENCANAAN RUMAH DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI


 
Teknik Sipil - Perencanaan Bangunan rumah merupakan hal yang penting agar bangunan rumah yang kita huni aman. Dalam merencanakan sebuah bangunan, kita harus memperhitungkan beberapa aspek seperti diantaranya : lokasi, struktur, biaya dan pelaksanaan. Untuk itu, pada kesempatan ini saya mencoba menguraikan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dalam membagun sebuah rumah tinggal.
Pendahuluan Perencanaan Bangunan Rumah
  • Gambar Arsitek 
  • Denah Balok‐Kolom 

Rencana Struktur Atap Perencanaan Bangunan Rumah
  • Struktur Rangka Batang dengan Kayu 
  • Struktur Rangka Batang dengan Baja 
  • Struktur Rangka Batang dengan Baja Ringan 
  • Dak (pelat beton bertulang) 

Rencana Denah Balok Perencanaan Bangunan Rumah

1. Balok beton bertulang
  • bentuk penampang persegi 
  • balok dengan sistem tulangan tunggal 
  • balok dengan sistem tulangan ganda 

2. Kolom beton bertulang
  • kolom pendek 
  • bentuk penampang persegi atau lingkaran 

3. Pelat Lantai beton bertulang
  • pelat dengan sistemsatu arah atau dua arah 

Rencana Pondasi Perencanaan Bangunan Rumah
  • Pondasi telapak beton bertulang 
  • Pondasi sumuran 
  • Pondasi tiang 
  • Data tanah 
Demikian sekilas tentang Perencanaan Bangunan Rumah untuk pembahasan kali ini semoga bermanfaat

Selasa, 26 Februari 2013

JADWAL PELAKSANAAN PROYEK DALAM MANAJEMEN KONSTRUKSI


Teknik Sipil - Jadwal pelaksanaan manajemen proyek adalah jadwal yang mencakup seluruh item pekerjaan atau paket pekerjaan yang ada dalam proyek tersebut sehingga dapat memberikan gambaran rencana kegiatan pada tahap persiapan sampai tahap penyelesaian. 

Umumnya untuk menyajikan laporan yang mudah dipelajari, digunakan sistem laporan gabungan antara diagram batang (Bar Chart) dan kurva-S. Sistem ini dirasakan lebih bermanfaat mengingat dengan diagram batang dapat terlihat dengan mudah rangkaian kegiatan secara keseluruhan, sedangkan melalui kurva-S akan diperoleh gambaran kemajuan manajemen proyek secara keseluruhan. 

Diagram Batang (Bar Chart) 
Diagram Batang merupakan cara yang paling mudah dipahami dan paling banyak dipakai sebagai perangkat perencanaan, bahkan untuk penggunaan dalam teknik lain seperti penyusunan jaringan kerja (Net Work) dan pengalokasian sumber daya, penjadwalan pekerjaan akan lebih baik jika disajikan dalam bentuk diagram batang didalam manajemen proyek. 

Dengan diagram batang tersebut diharapkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan waktu yang direncanakan. 
Keuntungan dari diagram batang didalam manajemen proyek:
  1. Mengetahui presentasi kerja yang dicapai 
  2. Mengetahui besarnya pembayaran angsuran dari kurva-S 
  3. Mengetahui baik atau tidaknya distribusi kegiatan pelaksanaan dari kurva-S 
  4. Dapat dilihat pekerjaan apa saja yang sedang dilaksanakan, yang harus dimulai dan yang harus sudah selesai 
  5. Mengetahui pekerjaan-pekerjaan apa saja yang dikerjakan secara simultan. 

Kerugian dari diagram batang didalam manajemen proyek:
  1. Tidak dapat melihat kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, sehingga tidak dapat diketahui pekerjaan itu terlambat atau tidak 
  2. Tidak dapat mengetahui lintasan kritis yaitu lintasan aktivitas yang mempunyai waktu terpanjang dari proyek tersebut 

Kurva-S 
Kurva-S atau kurva kumulatif kemajuan adalah merupakan perangkat penyajian hasil kemajuan proyek yang paling banyak digunakan untuk menyajikan jumlah pemakaian sumber daya seperti biaya, material, tenaga kerja, dan sebagainya didalam manajemen proyek.

Umumnya pemakaian sumber daya per-unit waktu cenderung untuk meningkat dengan lambat kemudian berangsur-angsur meningkat dengan cepat dan lambat lagi diakhir kegiatan. Hal ini yang menyebabkan kurva kumulatif membentuk huruf S. Sama halnya dengan diagram batang, suatu kurva-S selain dapat digunakan sebagai perencana dapat juga digunakan sebagai alat pengendali terhadap hasil nyata yang telah dicapai didalam manajemen proyek. 

Hasil kurva aktual yang diperoleh dari prestasi kerja yang telah dicapai dapat dibandingkan dengan kurva rencananya. Jika kurva tersebut menyimpang bentuk dengan kurva rencana, berarti telah terjadi penyimapangan dalam pelaksanaan. Jika kurva aktual tersebut bentuknya berada dibawah kurva rencana berarti prestasi kerja yang telah dicapai tidak memenuhi target.Sebaliknya jika kurva aktual tersebut bentuknya berada di atas kurva rencana berarti prestasi kerja yang telah dicapai sudah melampaui target yang direncanakan, yang kualitasnya belum tentu memenuhi syarat. Untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih dapat diketahui terlebih dahulu batas-batas penyimpangan yang masih diizinkan. Pada umumnya yang menjadi batas penyimpangan itu adalah faktor waktu yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pembiayaan didalam manajemen proyek. 

Dapat disimpulkan bahwa kurva-S didalam manajemen proyek:
  1. Untuk mengontrol pelaksanaan pekerjaan setiap saat, sehingga perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan tidak mengganggu atau mempengaruhi waktu pekerjaan keseluruhan. 
  2. Untuk memudahkan direksi dalam pemeriksaan, apakah pekerjaan kontraktor lebih atau kurang bila dibandingkan dengan rencana pelaksanaan. 
  3. Untuk mengontrol waktu dalam pembayaran menurut perjanjian yang telah disepakati dan ditetapkan, harus diperiksa pada perincian volume pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. 

Jaringan Kerja
Jaringan kerja adalah suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan pekerjaan yang memperlihatkan urutan aktivitas/rencana waktu dengan metode lintasan kritis, dimana dapat diketahui waktu yang tercepat untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan. Jaringan kerja menyajikan proyek dalam bentuk gambar grafis yang mudah dimengerti, mengungkapkan dengan jelas hubungan yang ada antara aktivitas-aktivitas suatu proyek dan memperlihatkan urutan masing-masing aktivitas termasuk saling ketergantungan antara aktivitas-aktivitas tersebut didalam manajemen proyek. 

Keuntungan jaringan kerja didalam manajemen proyek:
  1. Memudahkan perencanaan, penjadwalan dan pengontrolan 
  2. Memungkinkan perencanaan proyek yang lebih mendetail untuk jangka waktu yang cukup panjang c. Untuk mendokumentasikan data-data serta mengkomunikasikan masalah-masalah dan tujuan perencanaan proyek 
  3. Membantu memperkirakan kesukaran-kesukaran yang timbul pada waktu yang akan datang 
  4. Mengungkapkan aktivitas-aktivitas kritis 
  5. Untuk mempermudah mengetahui akibat-akibat perubahan teknis dan urutan pelaksanaan berbagai aktivitas terhadap jadwal proyek 
Kerugian dari jaringan kerja adalah tidak dapat diketahui presentasi pekerjaan yang telah dicapai.


Biaya Proyek 

Rencana biaya ini disusun oleh perencana dan merupakan perkiraan dan perhitungan akan biaya secara keseluruhan pembangunan yang diperlukan, disusun berdasarkan jumlah tenaga kerja, bahan bangunan dan peralatan yang akan digunakan. General overheadnya terdiri gaji bagian pelaksana pembangunan dan pegawai bagian adaministrasi dan keuangan. Job overheadnya terdiri atas gaji pengawas proyek, pelaksana proyek, penjaga keamanan, pekerja bagian gudang dan peralatan, biaya untuk kantor sementara seperti listrik, air, telepon, biaya untuk bangunan sementara seperti gudang bahan, gudang peralatan, biaya untuk keperluan air minum kantor sementara dan seluruh pekerjanya, biaya untuk foto dan asuransi. Rencana biaya ini diperlukan sebagai pedoman bagi pemilik untuk menyediakan uang yang diperlukan untuk pembangunan serta dipakai sebagai salah satu pegangan oleh pemilik dalam menentukan kontraktor yang akan ditunjuk sebagai pelaksana manajemen proyek. 

Dari gambar bestek yang dibuat oleh perencana maka dapat diperkirakan besarnya volume pekerjaan dan jumlah material yang dibutuhkan, kemudian berdasarkan harga satuan yang ada dan harga material di pasaran serta dijumlahkan dengan biaya yang diperlukan seperti hal-hal yang tidak terduga maka dapat ditentukan besarnya biaya yang diperlukan didalam manajemen proyek.

Minggu, 24 Februari 2013

DOKUMEN KONTRAK DALAM MANAJEMEN PROYEK

Bagan Manajemen Kontrak

BAGAN KONTRAK sebagai PEDOMAN & PENGENDALIAN PELAKSANAAN
Teknik Sipil - POLA PENGGUNAAN KONTRAK untuk menjadikan sebagai PEDOMAN dan alat MENGENDALIAN PELAKSANAAN PROYEK 
dengan uraian sbb :

Manajemen proyek di dalam dokumen kontrak adalah sumber dari kriteria untuk pelaksanaaan pekerjaan yang dilakukan oleh pemborong, karena itu pula menjadi sumber kriteria pengendaliannya, yang kegiatan pengawasannya dilakukan oleh konsultan pengawas dan tindak lanjutnya dilakukan pemilik proyek. Disusun kriteria2 sebagai pedoman pernborong melaksanakan pekerjaan sekaligus sebagai kriteria pengendalian.

Pemborong menghasilkan keluaran seperti apa yang telah disepakati dalam kontrak, namun keluaran ini tidak sekaligus selesai tapi tahap demi tahap secara kumulatif. Kriteria keluaran ini juga bersumber dari manajemen proyek di dalam dokumen kontrak. Pada umumnya kriteria tsb terdiri dari : 
  • kriteria waktu, 
  • kriteria kualitas, dan 
  • kriteria biaya. 

Untuk menghasilkan keluaran pemborong melakukan proses seperti apa yang telah disepakati dalam kontrak. Kriteria Proses ini harus konsisten dengan kriteria keluaran, agar proses yang dilakukan, dapat menghasilkan keluaran seperti yang telah ditetapkan manajemen proyek di dalam dokumen kontrak.

Dalam melakukan manajemen proyek pemborong memerlukan masukan, seperti apa yang telah disepakati dalam kontrak. Agar proses dapat berjalan lancar dan menghasilkan keluaran seperti yang telah ditetapkan, maka kriteria rnasukan haruslah konsisten dengan kriteria proses.
Kemudian dapatlah diamati bahwa antara kriteria masukan - proses - keluaran haruslah konsisten satu sama lain.

POLA PENGGUNAAN KONTRAK untuk menjadikan sebagai PEDOMAN dan alat MENGENDALIKAN PELAKSANAAN MANAJEMEN PROYEK 
Uraiannya adalah sbb :
1. Mekanisme pokok dari kegiatan pengawasan adl : 
a. Penyusunan laporan berkala

  • Laporan harian 
  • Laporan mingguan 
  • Laporan bulanan 
b. Laporan status pekerjaan yg disusul berita acaranya

  • Laporan penyelesaian bagian pekerjaan/ kemajuan pakerjaan beserta berita caranya, dan pada umumnya disusul berita acara penagihan
  • Laporan penyelesaian pekerjaan, beserta berita acaranya, yg disusul berita acara penagihan sampai 95 % 
  • Laporan panyelesaian pameliharaan, beserta berita acara penyerahan pekerjaan, yg disusul berita acara penagihan sisa 5 %
c. Pertemuan pengevaluasian adl merupakan proses penyusunan laporan berkala maupun laporan status pekerjaan
d. Berita Acara Teknis dam Berita Acara Penagihan Pembayaran
 
2. Tindak lanjut, dilakukan oleh pemilik proyek di dalam manajemen proyek :
  • Tindak lanjut Apreasi 
  • Tindak lanjut Konfirmasi 
  • Tindak lanjut Koreksi Penyimpangan pemborosan Penyimpangan penyelewengan 
  • Spesifik Proyek 
  1. Penghargaan /rekomendasi 
  2. Konfirmasi pekerjaan 
  3. Dispute 
  • Musyawarah 
  • Arbitrase 
  • pengadilan

PEKERJAAN STRUKTUR DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

Salah Satu Contoh Pekerjaan Yang Mengabaikan K3
Teknik Sipil - Manajemen Pekerjaan Bekisting 
  1. Rute aman harus disediakan pada tiap bagian dari bangunan 
  2. Bagian bentuk perancah dari pendukung rangkanya bekisting yang menyebabkan tergelincir harus ditutup rapat dengan papan 
  3. Bentuk sambungan rangka bekisting menara harus direncanakan mampu menerima beban eksternal dan factor keselamatan harus diperhitungkan, 
  4. Titik-titik penjangkaran perancah gantung yang mendukung bekisting harus terpancang dan mempunyai daya tahan yg kuat 
  5. Perancah gantung yang digunakan pada bagian luar bangunan yang berbentuk cerobong harus dijangkarkan untuk menahan kekuatan angin 

Teknik Sipil - Manajemen Pekerjaan Pembesian 
  1. Pemasangan besi beton yang panjang harus dikerjakan oleh pekerja yang cukup jumlahnya, terutama pada tempat yang tinggi, untuk mencegah besi beton tersebut meliuk / melengkung dan jatuh 
  2. Pada waktu memasang besi beton yang vertical, pekerja harus berhati-hati agar besi beton tidak melengkung misalnya dengan cara mengikatkan bambu atau kayu sementara 
  3. Memasang besi beton di tempat tinggi harus memakai perancah, dilarang keras naik / turun melalui besi beton yang sudah terpasang 
  4. Ujung-ujung besi beton yang sudah tertanam harus ditutup dengan potongan bambu atau lainnya, baik setiap besi beton masing-2 atau secara kelompok batang besi, untuk mencegah kecelakaan fatal
  5. Bila menggunakan pesawat angkat ( kran / crane ) untuk mengangkat atau menurunkan sejumlah besi beton, harus menggunakan alat bantu angkat yang terbuat dari tali kabel baja ( sling ) untuk mengikat besi beton menjadi satu dan pada saat pengangkatan atau penurunan harus dipandu oleh petugas ( misal dengan memakai peluit ) 
  6. Pengangkatan atau penurunan ikatan besi beton harus mengikuti prosedur operasi pesawat angkat ( crane ) 
  7. Semua pekerja yang bekerja di tempat tinggi harus dilengkapi dan menggunakan sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu lapangan , helm dan alat pelindung diri lain yang diperlukan 

Manajemen Pekerjaan Beton 
Secara umum, sebelum melakukan pekerjaan pembetonan , ada beberapa hal yang harus dilakukan / diperhatikan oleh pekerja antara lain :
  1. Pemeriksaan semua peralatan dan mesin yang akan digunakan 
  2. Pemeriksaan semua perancah / steiger , stut-2, ikatan penyangga dll 
  3. Apabila menggunakan peralatan concrete pump 
  4. Pada proses pelaksanaan penuangan beton 
  5. Menara atau tiang yang dipergunakan untuk mengangkat adukan beton ( concrete bucket towers ) harus dibangun dan diperkuat sedemikian rupa sehingga terjamin kestabilannya 
  6. Usaha pencegahan yang praktis harus dilakukan untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan selama pekerjaan persiapan dan pembangunan konstruksi beton 
  7. Sewaktu beton dipompa atau dicor, pipa-pipa termasuk penghubung atau sambungan dan penguat harus kuat 
  8. Sewaktu proses pembekuan beton ( setting concrete ) harus terhindar dari goncangan dan bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan 
  9. Sewaktu lempengan ( panel ) atau lembaran beton ( slab ) dipasang pada dudukannya. 
  10. Setiap ujung-ujung ( besi, kayu, bambu dll ) yang mencuat, harus dilengkungkan atau ditutup 
  11. Proses pengecoran harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin bekisting dan perancah dapat memikul / menahan seluruh beban sampai beton mengeras 

Manajemen Pekerjaan Shotcrete 
  1. Pekerja yang bertugas mengoperasikan alat penyemprot harus memakai APD yang cukup antara lain : masker pelindung pernafasan, kaca mata pelindung debu, sarung tangan dan sepatu karet 
  2. Campuran semen dapat menyebabkan penyakit kulit. Iritasi dan alergi dapat disebabkan oleh adanya kontak langsung dengan semen basah, dan apabila paparan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kulit terbakar. 

Manajemen Pekerjaan di Tempat Tinggi 

Manajemen Pekerjaan ditempat Tinggi-1 
  1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ditempat ketinggian ( >2m) beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain : 
  2. Menggunakan perancah ( scaffolding ) atau tangga besi permanen 
  3. Dilengkapi APD yang sesuai ( sabuk pengaman / safety belt ) untuk menjamin agar tidak terjatuh. Tali sabuk pengaman harus cukup pendek agar tinggi jatuh bebas tidak melebihi 1,5 meter 
  4. Harus dipersiapkan jalur yang aman sebelum memulai pekerjaan 
  5. Harus dipastikan tempat dudukan tangga tersambung aman dan papan dudukannya terpasang rapat untuk mencegah orang tersandung dengan barang-barang yang jatuh 
  6. Harus dipastikan bahwa daerah dibawahnya bersih dari reruntuhan dan barang-2 lain yang tidak diperlukan 
Manajemen Pekerjaan di tempat Tinggi-2 
  1. Jaring pengaman harus digunakan dan dipasang untuk mengantisipasi jatuhnya benda-2 yang dapat menimpa orang di bawahnya 
  2. Tangga harus dipasang dan dipastikan sudah terikat kuat dan aman pada bagian atasnya untuk mencegah pergerakan 
  3. Jangan memakai tangga yang dibuat sendiri yang tidak dapat dijamin mengenai kekuatan dan keamanannya 
  4. Jangan sekali-kali menggunakan tangga susun dan sejenisnya yang belum pernah diperiksa oleh petugas K-3 dan jika masih ragu-ragu, segera tanyakan kepada petugas K-3 
  5. Pasang pagar pembatas pada sekitar area kerja agar jangan ada orang yang tidak berkepentingan masuk / berada pada area kerja

Jumat, 22 Februari 2013

ANALISIS DAN DESAIN KOLOM

Kolom
Teknik Sipil - Contoh data-data teknis untuk perhitungan dimensi awal kolom adalah sabagai berikut: 
  1. Tinggi kolom Lt 1             = 3,5 meter 
  2. Tinggi kolom Lt 2             = 3,5 meter 
  3. Dimensi balok Induk        = 400 x 200 mm 
  4. Dimensi balok anak          = 250 x 150 mm 
  5. Pelat lantai (t)                   = 120 mm 
  6. Pelat atap (t)                     = 100 mm 
Pembebanan pada kolom 
Beban yang bekerja pada kolom lantai 1 diakumulasikan dengan beban-beban yang bekerja pada kolom lantai 2. Hal ini dilakukan agar dimensi kolom lantai 1 tidak lebih kecil dari dimensi kolom pada lantai 2. Perhitungan pembebanan pada kolom adalah sebagai berikut:

a)        Pembebanan kolom lantai 2

Distribusi pembebanan kolom lantai 2, berasal dari dak atap pada elevasi 7 m dan ring balok lantai 2. Perhitungannya sebagai berikut :
Perhitungan beban mati yang bekerja pada kolom adalah sebagi berikut:

Wbalok  
  •  A x  x L
  •  [ 0,4 x 0,2 x 2400 x ( 2,25 + 2,5 + 2 ) ]
  •    1104 kg

Wpelat    
  • beban pelat atap
  • A x  x tpatap
  • ( 4,75 x 2 ) x 2400 x 0,1
  • 2280 kg

Data berat plafon dan penggantung diperoleh dari Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung, dimana: 
Berat eternit/plafon (tebal 4mm)           = 11 kg/m2 
Berat penggantung (dari kayu)              = 7,0 kg/m

Total beban mati pada lantai 2 adalah: 
WDL2            
  • Wbalok + Wpelat  + Wplafon
  •  1104 kg + 2280kg + 171 kg
  •   3555 kg
Beban hidup yang bekerja pada lantai dan membebani kolom di lantai dua ini adalah : 
WLL2       
  • 200 kg/m2 x 4,75 x 2
  •  1900 kg
Nilai beban hidup diperoleh dari pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung, dimana bangunan tersebut berfungsi sebagai rumah tinggal dan mempunyai nilai beban hidup sebesar 200 kg/m2.Maka beban yang terjadi pada kolom lantai 2 seluruhnya dapt dihitung dengan kombinasi pembebanan, sehingga beban pada kolom lantai 2 adalah:
W2                          
  •  1,2 WDL2 + 1,6WLL2
  •  (1,2 x 3555) + (1,6 x 1900 )
  •  7306 kg

b)           Pemebebanan Kolom Lantai 1 
Distribusi pembebanan kolom lantai 1, berasal dari lantai 2 pada elevasi 3,5 m. Elemen-elemen yang diperhitungkan sama dengan pembebanan kolom lantai 2 ditambah dengan perhitungan beban mati dan beban hidup untuk kolom lantai 1.
Perhitungannya beban mati yang bekerja pada kolom adalah sebagai berikut:
Wbalok     
  •   A x  x L
  •  { 0,25 x 0,15 x  2400 x ( 2,25 + 2,5 + 2 ) 
  • 607,5 kg
Wkolom   
  •  A x  x L
  •  (0,25 x 0,15) x 2400 x 3,5 
  •   315 kg
Wpelat 
  •  beban pelat
  • A x  x tppelat
  •  ( 2 x 4,75 ) x 2400 x 0,12
  •  2736 kg

Wwall       
  • A x (berat plafon + penggantung)
  •   ( 3,5 x 4,75 ) x 250 kg/m2
  •    4156,25 kg

Wfinishing 
  •  A x [berat spesi (adukan) + ubin + pasir urug]
  •  ( 2 x 4,75 ) x (21 kg.m2 + 22 kg/m2 + 24 kg/m2)
  •  636,5 kg

Besar beban finishing dan beban dinding diperoleh dari peodman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung.

Wplafon     
  •  A x ( berat plafon + penggantung)
  •   (4,75 x 2) x 18 kg/m2
  •  171 kg
Data berat plafon dan penggantung diperoleh dari Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung, dimana:
Berat eternit/plafon (tebal 4mm)           = 11 kg/m2
Berat penggantung (dari kayu)             = 7,0 kg/m2

    Total beban mati pada lantai 1 adalah: 
WDL1 
  •  Wbalok + Wkolom + Wwall + Wpelat + Wplafon + Wfinishing + WDL2
  •   607,5 + 315 + 4156,25 + 2736 + 171 + 636,5 + 3555
  •  12177,25 kg
 Beban hidup yang bekerja pada lantai dan membebani kolom di lantai satu ini adalah :  
WLL1    
  •  200 kg/m2 x 4,75 x 2
  • 1900 kg
    Nilai beban hidup diperoleh dari pedoman perencanaan pembebanan untuk ruma dan gedung, dimana bangunan tersebut berfungsi sebagai rumah tinggal dan mempunyai nilai beban hidup sebesar 200 kg/m2.Maka beban yang terjadi pada kolom lantai 2 seluruhnya dapt dihitung dengan kombinasi pembebanan, sehingga beban pada kolom lantai 2 adalah:
    W1       
    •  1,2 WDL1 + 1,6WLL1
    •                (1,2 x 12177,25)  + (1,6 x 1900)
    •             17652,7 kg

Perhitungan Dimensi Awal Kolom
Perhitungan dimensi awal kolom dihitung berdasarkan SK SNI 03-2847-2002, dengan persamaan berikut: 
Ø Pn (max) = 0,8 Ø [ (0,85 .  fc (Ag – Ast) + fy Ast ]
 Dimana :
Ø Pn (max)           = Beban aksial maksimum
Ag                         = Luas penampang kolom
Ast                        = 1,5 % x Ag
Maka perhitungan dimensi awal kolom adalah sebagai berikut: 
Ø Pn(max) = 0,8 Ø [ (0,85 .  fc (Ag – Ast) + fy Ast ] 
Pn(max)     = 0,8 Ø [ (0,85 .  fc (Ag – Ast) + fy Ast ]
                   = 0,8 [ (0,85 . 25 (Ag – 0,015 . Ag) + 400 . 0,015 . Ag ]
                   = 0,8 [(21,25 . (Ag – 0,015 . Ag) + 6Ag]
                  = 0,8 [ 21,25 Ag – 0,32 Ag + 6Ag] 
           Ag  = 0,0464 Pn(max)

a)      Dimensi Kolom Lantai 2 
Dimensi kolom lantai 2 dihitung sebagai berikut : 
Beban yang bekerja pada kolom lantai 2 = W2 = 8408,8 kg 
Ag        = 0,0464 Pn(max)
               = 0,0464 . 8408,8 kg
             = 390,168 cm2 
Dimabil lebar kolom (b) = tebal dinding, yaitu sebesar 15 cm 
                              Maka panjang kolom adalah :
h           = Ag / b
                         = 390,168 / 15
                         = 26,011 cm 30 cm
                              Maka dimensi kolom K1 150 x 300 mm

b)   Dimensi Kolom Lantai 1 
Dimensi kolom lantai 2 dihitung sebagai berikut :
Beban yang bekerja pada kolom lantai 1 = W1 = 20009,2 kg
Ag        = 0,0464 Pn(max) 
            = 0,0464 . 20009,2 kg
            = 928,427 cm2 
Dimabil lebar kolom (b) = tebal dinding, yaitu sebesar 30 cm
Maka panjang kolom adalah :
h           = Ag / b
             = 928,427/ 30
             = 30,948 cm 40 cm
Maka dimensi kolom K1 300 x 400 mm  

          
                                                  TABEL DIMENSI KOLOM                                                    
Tipe Balok
h (mm)
b (mm)
Kolom lantai I
400
300
Kolom lantai II
300
150


PEKERJAAN TANAH DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K3 )

Teknik Sipil - Manajemen Umum
  1. Tanah / lahan merupakan pondasi alami dari konstruksi yang berdiri diatasnya. Pengetahuan mengenai sifat-2 fisik tanah, sangat berguna dalam menentukan metoda pencegahan terhadap bahaya yang mungkin akan terjadi 
  2. Pada dasarnya pekerjaan tanah terdiri dari : pekerjaan galian , pekerjaan timbunan & pemadatan , dan pekerjaan bawah tanah . 
  3. Jenis tanah umumnya dibedakan seperti :
    • tanah lempung basah, tanah lempung kering 
    •  tanah cadas 
    •  tanah pasir basah , tanah pasir kering 
    •  tanah krikil 
    •  tanah lumpur
  4. Sedangkan jenis tanah diberbagai daerah di Indonesia diantara nya dengan komposisi yang mempunyai kedalaman umumnya : 
    • lempung lembek, abu abu muda : 0 – 2 meter 
    • lempung lembek, abu abu kuning : 2 – 3 meter
    • lempung agak keras, coklat kemerahan : 3 – 7 meter
    • lempung keras, abu abu tua : 7 – 10 meter
    • pasir batu : 10 – 11 meter
    • pasir sedang padat : 11 – 12 meter
  5. Alat kerja : 
    • alat ringan seperti: cangkul, blencong, sekop, ganco dll
    • alat berat,misal : doser,loader,alat bor/drill,dump truk dll
  6. Tingkat potensi bahaya yang berbeda-beda 
  7. Untuk hal ini dibutuhkan tenaga operator yang terdidik dan terlatih dalam bidang manajemen K3 
  8. Pengaman dalam pekerjaan galian :
    • dinding penahan , perancah dan tangga kerja
    • pagar pengaman
    • sirkulasi udara yang cukup
    • penerangan yang cukup
    • sarana komunikasi
Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3
  1. Pekerja tertimbun longsoran
    • Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah, lereng galian
    • Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping dll
    • Alat berat / kendaraan yang digunakan : beban, getaran
  2. Pekerja tertimbun longsoran
  3. Pekerja tenggelam / terkena air banjir 
  4. Pekerja terkena sengatan aliran listrik 
  5. Pekerja menghirup gas beracun 
  6. Pekerja menghrup debu / kotoran 
  7. Pekerja tertimpa alat kerja /material 
  8. Pekerja terjatuh kedalam galian 
  9. Dll 
Persyaratan Rencana Penggalian Dalam Manajemen K3
  1. Lakukan penelitian terhadap :
    • keadaan tanah 
    • air tanah
    • jaringan utilitas dibawah tanah (listrik, air, gas )

  2. Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah 
  3.  Lampu & rambu–rambu dipasang untuk mencegah orang terjatuh 
Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Tanah Dalam Manajemen K3
  1. Untuk tempat kerja di bawah tanah, setiap pergantian shift kerja, lakukan pemeriksaan. 
  2. Lakukan pemeriksaan seminggu sekali untuk
    • mesin-mesin
    • peralatan 
    • penyangga
    • jalan keluar dll 
  3.  Daerah kerja dibawah tanah yang berbahaya hrs dipagari 
  4. Buat sistem komunikasi ( sambungan telpon ) 
  5. Gunakan APD ( pakaian water proof, sepatu boot ) 
  6. Semua yang masuk terowongan harus dicatat dan diidentifikasi Buat ventilasi udara

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates