Kamis, 04 April 2013

JENIS – JENIS JALAN MENURUT PEMBAGIANNYA


a) Jalan Arteri Primer Teknik Sipil - Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
  1. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
  2. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional, sebagai contoh Jalur Pantura yang menghubungkan antara Sumatera dengan Jawa di Merak, Jakarta, Semarang, Surabaya sampai dengan Banyuwangi merupakan arteri primer.

Karakteristik Jalan Arteri Primer
Karakteristik jalan arteri primer adalah sebagai berikut :
  • Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam (km/h).
  • Lebar Daerah Manfaat Jalan minimal 11 (sebelas) meter.
  • Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien; jarak antar jalan masuk/akses langsung minimal 500 meter, jarak antar akses lahan langsung berupa kapling luas lahan harus di atas 1000 m2, dengan pemanfaatan untuk perumahan.
  • Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintas dan karakteristiknya.
  • Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas, lampu penerangan jalan, dan lain-lain.
  • Jalur khusus seharusnya disediakan, yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.
  • Jalan arteri primer mempunyai 4 lajur lalu lintas atau lebih dan seharusnya dilengkapi dengan median (sesuai dengan ketentuan geometrik).
  • Apabila persyaratan jarak akses jalan dan atau akses lahan tidak dapat dipenuhi, maka pada jalan arteri primer harus disediakan jalur lambat (frontage road) dan juga jalur khusus untuk kendaraan tidak bermotor (sepeda, becak, dll).

b) Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi seefisien,dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Didaerah perkotaan juga disebut sebagai jalan protokol.

Ciri Jalan Arteri Sekunder
  • Jalan arteri sekunder menghubungkan : kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, antar kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua, dan jalan arteri/kolektor primer dengan kawasan sekunder kesatu.
  • Jalan arteri sekunder dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) km per jam.
  • Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 (delapan) meter.
  • Lalu lintas cepat pada jalan arteri sekunder tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
  • Akses langsung dibatasi tidak boleh lebih pendek dari 250 meter.
  • Kendaraan angkutan barang ringan dan bus untuk pelayanan kota dapat diizinkan melalui jalan ini.
  • Persimpangan pads jalan arteri sekunder diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.
  • Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas same atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
  • Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak dizinkan pada jam sibuk.
  • Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu, marka, lampu pengatur lalu lintas, lampu jalan dan lain-lain.
  • Besarnya lala lintas harian rata-rata pada umumnya paling besar dari sistem sekunder yang lain.
  • Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.
  • Jarak selang dengan kelas jalan yang sejenis lebih besar dari jarak selang dengan kelas jalan yang lebih rendah.

c) Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang dikembangkan untuk melayani dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal dan atau kawasan-kawasan berskala kecil dan atau pelabuhan pengumpan regional dan pelabuhan pengumpan lokal.

Ciri jalan Kolektor Primer
  • Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.
  • Jalan kolektor primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer.
  • Jalan kolektor primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) km per jam.
  • Lebar badan jalan kolektor primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
  • Jumlah jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien. Jarak antar jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter.
  • Kendaraan angkutan barang berat dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
  • Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai dengan volume lalu lintasnya.
  • Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
  • Lokasi parkir pada badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk.
  • Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup seperti rambu lalu lintas, marka jalan, lampu lalu lintas dan lampu penerangan jalan.
  • Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih rendah dari jalan arteri primer.
  • Dianjurkan tersedianya Jalur Khusus yang dapat digunakan untuk sepeda dan kendaraan lambat lainnya.

d) Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan atau pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi, dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota.

Ciri Jalan Kolektor Sekunder
  • Jalan kolektor sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
  • Jalan kolektor sekunder dirancang berdasarken keoepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per jam.
  • Lebar badan jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
  • Kendaraan angkutan barang berat tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah pemukiman.
  • Lokasi parkir pada badan jalan-dibatasi.
  • Harus mempunyai perlengkapan jalan yang cukup.
  • Besarnya lalu lintas harian rata-rata pads umumnya lebih rendah dari sistem primer dan arteri sekunder.

e) Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

Ciri Jalan Lokal Primer
  • Jalan lokal primer dalam kota merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
  • Jalan lokal primer melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
  • Jalan lokal primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) km per jam.
  • Kendaraan angkutan barang dan bus dapat diizinkan melalui jalan ini.
  • Lebar badan jalan lokal primer tidak kurang dari 6 (enam) meter.
  • Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah pada sistem primer.

f) Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder ajavascript:void(0)dalah menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.

Ciri Jalan Lokal Sekunder
  • Jalan lokal sekunder menghubungkan: antar kawasan sekunder ketiga atau dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan.
  • Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) km per jam.
  • Lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
  • Kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi jaIan ini di daerah pemukiman.
  • Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.

TUJUAN DAN SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA DI DALAM KECELAKAAN KERJA KONSTRUKSI ( K3 )

Teknik Sipil - Tujuan Keselamatan Kerja
  • Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.
  • Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja,
  • Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Secara jelas dan tegas di dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau yang menjalankan usaha, baik formal maupun informal ,dimanapun berada dalam upaya memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada dilingkungan usahannya.syarat-syarat keselamatan kerja seperti tersebut pada pasal 3 (1) UU keselamatan kerja dimaksud untuk:
  • Mencegah dan mnegurangi kecelakaan.
  • Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
  • Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
  • Member pertolongan pada kecelakaan.
  • Memberi alat pelindung diri pada pekerja
  • Mencegah dan mengendalilkan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.
  • Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
  • Memperolah penerangan yang cukup dan sesuai.
  • Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udaya yang baik.
  • Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
  • Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
  • Menerapkan ergonomi ditempat kerja.
  • Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.
  • Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
  • Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
  • Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
  • Menyesuaikan dan mnyempurnakan pengamanan pada pekerjaa yang berbahaya, kecelakaan yang menjadi bertambah tinggi. ( UU No 1 tahun 1970 ).

TEKNIK PEMASANGAN KERAMIK YANG BENAR DI DALAM MANAJEMEN PROYEK

Teknik Sipil - Pada saat pemasangan keramik, perlu ketelitian. Pemasangan keramik pada lantai dan dinding memiliki proses yang sama. Berikut diberikan tahapan pemasangan keramik untuk lantai di dalam manajemen proyek.
  1. Rendam keramik dalam air bersih agar kotoran yang melekat pada keramik terlepas dan memperkuat atau menambah daya lekat keramik di dalam manajemen proyek.
  2. Siapkan bahan additive atau bahan yang bersifat sebagai perekat. Bahan perekat dapat berupa semen dicampur pasir dengan perbandingan 1: 5 (satu bagian semen : lima bagian pasir) ditambah air secukupnya agar bahan dapat ditempelkan di bagian belakang keramik setebal 1 cm untuk diletakkan di dasar lantai yang akan ditutup dengan keramik di dalam manajemen proyek. Bahan perekat dapat jugs berupa adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1 semen : 10 pasir.
  3. Pasang keramik sebaiknya mulai dari tengah ruangan, misalnya ruang keluarga yang selanjutnya diikuti ruang kamar sesuai arah pemasangannya di dalam manajemen proyek. Namun, sebenarnya dari mana saja pemasangan keramik dapat dilakukan.
  4. Cara pemasangan yang balk adalah keramik jangan dipasang secara keseluruhan, tetapi cukup sebagian dulu. Tujuannya untuk memberikan kesempatan agar lantai kerja menguap secara sempurna di dalam manajemen proyek. Bagian yang belum dipasang keramik dapat ditutup keramik setelah 1 hari. Jarak antar keramik (naat) sebaiknya tidak terlalu rapat, cukup 2-3 mm.
  5. Setelah semua keramik terpasang, kini giliran pemberian naat. Namun, perlu diperhatikan bahwa pemberian naat dilakukan setelah 7 hari pemasangan lantai keramik. Tujuannya agar keramik yang dipasang sudah tidak mengalami kembang susut di dalam manajemen proyek. Bahan untuk naat terbuat dari semen atau bahan lainnya yang sudah tersedia di toko bahan bangunan yang umumnya senada dengan warna ubin keramik.
  6. Untuk pemasangan lantai keramik yang terlalu luas, sebaiknya diberikan expansion joint berupa celah 4 - 6 mm pada setiap luas bidang 16 m2. Nantinya celah tersebut diisi dengan bahan yang elastik dengan tujuan agar bila terjadi keretakan keramik atau terlepasnya keramik maka tidak akan merembet atau tidak semua keramik ikut rusak.
  7. Bila sudah mengikuti prosedur, tetapi masih terjadi lepasnya lantai ubin keramik maka diamkan lantai keramik tersebut hingga tidak ada reaksi lagi di dalam manajemen proyek. Setelah itu, barulah diadakan pemasangan keramik dengan menggunakan keramik yang baru, bukan keramik bekas yang sudah terlepas.

Pemasangan Lantai yang Membentuk Sudut dengan Dinding
Celah antara dinding dan lantai umumnya tidak pernah diperhatikan sehingga bila tejadi gerakan dinding dapat mengakibatkan pasangan ubin keramik ikut terdorong di dalam manajemen proyek. Untuk pemasangan keramik yang membentuk sudut dengan dinding, sebaiknya gunakan sealant. Tujuannya agar bila dinding mengalami penurunan maka lantai keramik tidak mengalami perubahan letak. Tahapan pemasangannya sama seperti pemasangan lantai. Perbedaannya, hanya dinding bagian bawah saja yang berhubungan dengan lantai di dalam manajemen proyek.

FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DI PERHATIKAN DALAM MENENTUKAN TINGGI PLAFON GYPSUM DI DALAM MANAJEMEN PROYEK

Teknik Sipil - Dalam mendesain arsitektur rumah, tinggi plapon rumah idaman Anda tergantung pada beberapa hal. Secara ringkas hal-hal yang perlu Anda perhatikan dalam menentukan tinggi langit-langit rumah adalah iklim, proporsi ruang/estetika, sirkulasi udara, dan pencahayaan. Para arsitek umumnya sepakat bahwa ada kecenderungan perubahan selera dimana para pemilik rumah menginginkan plafon rumah yang lebih tinggi di dalam manajemen proyek. Kalau kita perhatikan plapon di rumah-rumah standard yang dibangun 20-30 tahun lalu berkisar antara 250-260cm. Sedangkan hunian modern dewasa ini menawarkan tinggi plafon pada kisaran 280-300cm. Bahkan beberapa bagian ruangan mempunyai tinggi plafon 4m sampai 7m tingginya di dalam manajemen proyek.

Beberapa prinsip dasar yang saya sampaikan mungkin berguna.
Faktor iklim dingin
kalau anda tinggal di daera beriklim dinggin tinggi plapon di anjurkan 2,4atau 2,5 meter Alasannya adalah penghematan energi di dalam manajemen proyek. Semakin tinggi plafon semakin tinggi pula pemanasan diperlukan.

Faktor iklim panas
Sementara itu, di daerah pesisir atau beriklim panas plafon yang tinggi memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik. Sebagian dari Anda mungkin sudah tahu bahwa udara panas akan bergerak ke atas. Dengan demikian plafon yang tinggi memungkinkan udara di ruangan menjadi tetap sejuk di dalam manajemen proyek. Selain itu, dengan plafon yang tinggi dimungkinkan cahaya matahari dapat masuk lebih dalam ke semua bagian rumah. Dan dengan demikian ruangan tidak terasa lembab. Maka, saran saya bila Anda tinggal di daerah pesisir dengan udara yang cenderung panas sebaiknya tinggi plafon tidak kurang dari 280cm, atau antara 2,8 – 3,2 m di dalam manajemen proyek.

Desain Plafon Gypsum Menambah Variasi Interior
Plafon gypsum merupakan bagian atap rumah yang berfungsi untuk mengurangi dampak panas, selain itu berperan dalam menutupi bagian kasar dari atap rumah. Seiring dengan perkembangan jaman dan majunya dunia properti khususnya perkembangan arsitektur, desain plafon gypsum juga telah mengalami berbagai perubahan atau lebih tepatnya tidak hanya sebagai pelapis rangka atap rumah tetapi plafon gypsum telah menjadi bagian dari desain interior rumah.

Untuk menselaraskan plafon dengan desain rumah para desainer/arsitek tidak lagi terpaku dengan bahan-bahan seperti kayu atau triplex namun bisa bermacam-macam, salah satunya menggunakan gypsum. Penggunaan plafon gypsum telah menambah varian bahan/struktur atap, tidak itu saja penggunaan plafon gypsum juga meiliki beberapa keuntungan antara lain, atap yang menggunakan plafond gypsum dapat meminimkan/menyerap suhu panas sehingga ruangan akan terasa lebih sejuk, plafon gypsum mudah di desain sesuai dengan interior set yang di harapkan dan untuk perawatan plafon gypsum cukup mudah.

Dengan hadirnya plafon gypsum sebagai bagian dari atap rumah maka menambah alternatif pilihan dari interior dan untuk mempertegas tampilan plafond, pada pinggiran plafon gypsum di tambahkan dengan list gypsum sehingga membuat batas antara dinding/tembok dengan plafon menjadi rapat dan ini akan membuat tampilan plafon gypsum menjadi lebih elegan.

Saat ini sudah sangat beragam desain dan model plafon gypsum dari model plafon yang klasik banyak di pakai di perumahan sampai model plafon gypsum yang minimalis seperti pada perkantoran.

Penggunaan plafon gypsum juga dapat memberikan kesan pada rumah anda dan untuk memberikan kesan yang tepat /kesan yang mewah pada kepada tamu yang berkunjung ke rumah Anda maka hendaklah anda memilih/menggunakan tenga ahli pemasangan gypsum yang tepat.

CARA PEMASANGAN ATAP BAJA RINGAN DI DALAM MANAJEMEN PROYEK


1. Pengukuran.
Teknik Sipil - Kita ukur jarak Batubata atau Ring Balok yang nanti aku menjadi tumpuan (dudukan) bagi Kuda-kuda Baja Ringan nantinya, misalnya didapat jarak 4 meter di dalam manajemen proyek.

2. Disain Kuda-Kuda Baja Ringan.
Berdasarkan data jarak tumpuan yang didapat (4 meter tadi), lakukan disain Kuda-kuda Baja Ringan. Dalam mendisain ini harus memperhatikan faktor, misalnya: Kekuatan Kuda-kuda dalam menahan Beban Atap (Genteng Batu atau Genteng Metal), Kemiringan Rencana Atap Kuda-kuda (agar air hujan nantinya dapat mengalir dengan lancar), serta menentukan Panjang Top-Chord agar rintisan air hujan nantinya cukup jauh dan tidak mengenai dinding rumah secara langsung di dalam manajemen proyek. Saya sarankan untuk menggunakan Jasa Konsultan (tenaga ahli) dalam disain Kuda-kuda Baja Ringan ini, apalagi untuk bentang Kuda-kuda yang lebar dan menggunkan Atap Genteng Batu/Keramik di dalam manajemen proyek.

3. Pelaksanan Pemasangan Kuda-kuda Baja Ringan.
Setelah disain selesai, kita bisa mulai melakukan pemasangan Kuda-kuda. Dimulai dengan fabrikasi Kuda-kuda Baja Ringan yang dilakukan di daerah yang datar. Lalu dilanjutkan dengan memasang Kuda-kuda tersebut di atas rumah (menggunakan Dynabolt), dilanjutkan dengan penguncian (Skor Angin) agar tercipta struktur yang kaku dan kuat di dalam manajemen proyek.

4. Pemasangan Reng Baja Ringan.
Pemasangan reng ini harus mengacu pada Jenis Atap atau Genteng yang akan digunakan. Karena reng tersebut sebaiknya harus pas dengan Lebar Daun dari Atap yang akan digunakan. Jadi jarak antar Reng ini tidak selalu sama, tapi tergantung Jenis Atap yang akan digunakan di dalam manajemen proyek.

5. Pemasangan Seng atau Genteng.
Dalam memasang seng atau genteng sebaiknya dilakukan dengan rapi dan rapat, untuk mencegah terjadinya kebocoran pada atap saat terjadi hujan di dalam manajemen proyek.

6. Pemasangan Rabung, Nok Pinggir, dan Flashing
Pemasangan ketiga komponen ini tidak kalah pentingnya, mesti dilakukan dengan kuat, rapi, dan teliti. Ini untuk mencegah tercegah terjadi kebocoran dan menciptakan kerapian di dalam manajemen proyek.

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates